Abdi Negara
Sebetulnya dari kecil saya mulai memicingkan mata
mengenai PNS.. ya bagaimana sih ayah saya merupakan PNS Guru SD yang menurut
saya secara ekonomi mengerikan. PNS tidak pernah lepas dari yang namanya
rentetan cicilan bank, koperasi, tukang barang kredit dan sebagainya.
Namun Alloh punya semacam “permainan” yang selalu
menggelitik bila dikaji... sering saya berfikir, apa sih maunya Tuhan yang
memiliki 99 nama yang disebut Asma ul Husna itu? Saya sempat merasa bahwa
kehidupan saya ditekan habis-habisan oleh takdir-Nya... hingga ketika SMA saya
selesai, ayah saya terkena bencana ekonomi yang sangat keras dan mengakibatkan
kami selama 2 tahun hidup nomaden dan serba kekurangan. Tidak lupa saya pun
melepaskan impian sebagai seorang mahasiswa... saya hidup dengan pemikiran
bahwa semua ini salah orang tua saya...
Disini saya
memiliki persepsi buruk terhadap kemampuan ekonomi seorang Abdi Negara
Ketika masa-masa dimana saya menjadi honorer dan
penuh dengan pemberontakan tiba waktunya ketika saya berumur 25 tahun dan
menemukan sebuah konsep bahwa sekuat apapun kita menolak takdir hidup ya
begitulah adanya.
Saya pernah mendapati diri saya masuk sebagai
salah satu penerima beasiswa S1 Depag dan karena keterlambatan berita akhirnya
hangus, saya pernah kehilangan Bantuan Kualifikasi yang nilainya lumayan lah...
karena telikungan seseorang yang membayar upeti, saya tidak pernah mendapat
uang fungsional honorer karena salah mencantumkan nama sekolah hahay
Disini saya
memiliki persepsi jangan suka suap menyuap, menyepelekan kepentingan orang lain
dan disiplin mengisi data.
Dulu sih saya suka ngondek ehhhhh ngambek dengan
kegagalan-kegagalan semacam itu hingga saya akhirnya berada pada poin Alloh
yang mengatur, mau bagaimana pun kita menantang ya... gimana atuh ukuran planet
bumi dibanding matahari aja segitu besarnya, belum ukuran tata surya ke
galaksi, ukuran awan nebula (teu nyambung nya). Intinya di langit saja Alloh
menunjukkan ke-Maha-annya, kita di planet kecil ini mau menantang...nya ga bisa
atuh cuu...
Tapi unik lho, semenjak itu saya suka membaca
literatur tentang kehidupan Nabi Muhammad, dan voilahh... Wirausaha....
Berwirausaha itu alamak susah pisan, saya dulu
sempat mau bisnis keripik dan gagal hahahaha kemudian membuka toko alat tulis
di Kota Kecamatan yang jaraknya 13 km dari Garut Kota dengan pemikiran disana
masih kurang saingan dan saya akan membuatnya semurah mungkin....
Dan Alloh kembali berkata lain, saya bangkrut..
belum setiap malam harus pulang, kadang pagi nunggu lapak, siang pergi ke
sekolah untuk mengajar. Istri Kepala Sekolah selalu mendukung saya soal
wirausaha ini. Ia sering berkata, tidak baik hanya menengadah untuk menunggu
jadi PNS.. (soalna sih saya 7 taun ngahonor teu bisa jadi PNS)
Disini saya mulai belajar, terutama ketika teman
saya berkata bahwa rejeki Alloh itu menyebar di permukaan bumi. Saya memang
capek sekali dengan merintis usaha ini, saya seringkali hampir berada dititik
hayang ceurik alias nangis tapi malu soalna saya kan laki-laki. Tengsin atuh
lalaki leweh kan heuheu
Berada di titik bangkrut, saya hampir melelang
barang dagangan saya... Saya hanya bisa menunduk kepada Maha Kuasa dan meminta
agar diberikan rezeki yang halal. Ketika di titik nadir ini saya menganggap
bahwa apapun hasilnya Alloh yang menentukan. Saya hanya bersumpah akan berusaha
keras untuk mendapatkan rezeki. Saya bertekad menjauhi 3 hal yang berhubungan
dengan ekonomi yaitu suap, riba dan togelllllllll wkkwkwkwkw
Aslinya sih, karena saya merasa terlalu berat euy
dosa saya dimasa lampau, akhirnya saya hanya bisa bilang begini “ Ya Robb,
apapun hasilnya saya mah yang penting happy ending ketika bangkit dari kubur
dalam keadaan ceria”.
Berwirausaha memang bukan suatu hal yang mudah,
namun prinsip agar tidak menyerah plus tawakal terhadap hasil sangat membantu.
Ketika barang dagangan saya menumpuk dan saya kehabisan uang. Tiba-tiba saya
seperti “titotog” dan mendapatkan jawaban dari Alloh... jauh – jauh dagang di
kecamatan batur, padahal rumah dibelakang sekolah yang besar -_-!
Inilah kebodohan saya sebagai seorang nubi (tanpa
***) dalam wirausaha. Everything must be pararerfect ( perfect versi sunda)...
jadi muka toko tanpa tendeng aling-aling ongkos, modal, sewa dan sebagainya...
Ketika buka di rumah, omzet 50rb/hari... wah udah
senang atuh da basa jaman namanya “toko” sebulan cuman omzet 600rb wkwkwk
Kekurangan modal saya siasati dengan membeli
sedikit-sedikit... hikmahnya saya mulai mengenali grosir-grosir yang tepat.
Dulu saya berfikir alat tulis hanya ada di Bandung grosirnya, ternyata dengan
racikan yang tepat... semua bisya diatur tanpa harus ke Bandung.
Tahun 2013 lulus kuliah umur geus kolot sih dan
ikut CPNS di Kota Bogor... gagal!!!! Beda 3 poin sama yang lulus nomer 3...
sempet down namun disini saya kembali tersadar, apa yang salah? Ikhtiarnya
kurang? Jujur sih saya waktu itu kurang fit pas ditengah-tengah “Buuuuuu!!!
Permios abi bade ke toilet”... mulesss!!!!
Ah ya uwis, kegagalan ini memacu saya untuk
menjadikan lapak alat tulis lebih baik lagi.
Disini kadang saya
merasa sedih wkwkwkwk ( belon dipatenkan kan kata-kata itu? J)
1 Tahun omzet mulai ada, dapat 1,5jt/bln kadang
2,3jt kadang 3jt... yah saya merasa ada yang kurang. Ternyata varian alat tulis
menentukan, akhirnya saya kukulintingan kesana-kemari hingga belang raray
saya... omzet meningkat. Alhamdulillah 2 tahun berlalu, hasilnya sudah sama
seperti gaji CPNS guru heuheuy...
Tahun 2014 saya dengar ada CPNS... saya sih sudah
mulai males-malesan, ke Ayah saya bilang... “Pa, saya teh seneng ngajar mah...
Insya Alloh saya tidak akan main-main soal ngajar budak soalnya kita sebagai
agen pembaharu... hanya guru SD yang bisa mencetak generasi!! Tapi kalau
berhadapan sama kemampuan ekonomi mah saya asa gimana jadi PNS... sieun loba
hutang!!!!”
Ayah saya sih orangnya liberal kalau soal pilihan
ke-duniawi-an, katanya kerja itu ada pilihannya:
1. Gaji
gede tapi nggak fun kerjanya, ambil, kerja, ngumpulin duit, jadiin modal,
keluar dan pulang kampung.2. Gaji kecil kerja fun
3. Gaji gede kerja fun (missiong ingposible)
Saya tetap memiliki perspektif bahwa menjadi PNS
itu:
1. Ribet
administrasi, penuh ketidakpastian dan kegalauan... komo mun disuruh ngumpulin
ijazah dari TK, SD, SMP, SMA, Kuliah kudu dilegalisir baru besok kudu beres...
mau gimana cobak? Ceurik kan??2. Sering jadi korban kebijakan, misalkan yang cape-cape kuliah ehhhh ada aturan baru jurusan itu mah ga masuk poin buat naik pangkat wkwkwk kan sedih eta...
3. Oknum yang cenderung apatis... nya akibat kerja gimanapun gaji sama gtu... akhirnya banyak neumbleuhkeun (menyerahkan) ka generasi yang masih fresh and kere.
4. Terutama guru ya : Amanah yang berat... aduh Pa, jadi guru SD mah ga bisa main-main... kalo kitanya ga bener, anak ga bakalan bener ntar SMP, SMA, kuliah dan masa depannya. Yang paling ngeri kalo kita salah mengajar... dosanya ngalir tau!
Gimana yah.... apresiasi anak kepada kita yang bikin kita berasa superhero, gimana nggak... Guru dianggap sebagai yang serba tahu oleh anak mah... sebuah momen indah ketika anak berhamburan menyambut kita datang ke sekolah, sebuah momen indah ketika anak mau mencoba untuk bisa menguasai mata pelajaran. Sebuah momen ketika anak merasakan yang namanya pembelajaran berbasis lingkungan dimana anak merasa aneh tapi senang “Bapa, naha belajar teh bet dibawah pohon rindang?” wkwkwkwk
Kontradiksi nggak sih? Ketika Alloh mulai memberikan saya warung yang mulai berkembang dengan ketika saya ikut CPNS dan lolos di kota hujan...
Pas saya liat skor CAT dan panitia sudah memberikan sign “aduh eta mah tinggal tidur dan nyiapin berkas” ...
Ibu saya begitu senangnya, ayah saya yang sudah keliatan ripuh ku cicilan gituh langsung ceria...
Tidak bisa dipungkiri... saya malah agak lemas ya... i will miss my lapak... a small place that i can be truly who i am...
Saya senang menumpahkan ide, mengontrol situasi, memecahkan masalah, arogan dalam memilih, antisipatif... semuanya hanya di wirausaha...
Saya sekarang mendapatkan lembaran surat legal dari negara bahwa saya digaji dengan resmi oleh negara untuk menjadi ujung tombak kemajuan pendidikan...
Ya Robb, serakahkah saya memiliki hobi berwirausaha setelah menjadi PNS? Bagi saya wirausaha itu adalah sebuah bidang usaha yang tidak hanya bicara namun (suatu hari) bisa menolong orang yang tidak punya pekerjaan.
Bagi saya wirausaha itu sebagai sebuah sample bagi anak didik saya.. ketika saya bilang “ Bapak bisa menebak kalau cita-cita kalian tidak jauh dari jadi dokter, pilot, polisi, guru, perawat, tentara”. Ketika saya berkata “Ingat anak-anak, tidak semua orang mampu menjadi polisi dan tidak setiap waktu kepolisian memerlukan tenaga tambahan... kalian harus bisa bersiap jika tiba-tiba kamu tidak mampu kuliah, ketika kamu tidak lulus menjadi dokter karena kurangnya lowongan. Siapa ingin berwirausaha???”
Ketika saya tidak hanya ngomong bahwa wirausaha itu hanya sebuah impian, bahkan mereka menggambarkan apa yang akan mereka jual di masa depan. “Pak saya kan ingin jadi dokter, nah supaya bisa membuka lapangan pekerjaan baru saya mau buat apoteknya juga, nanti ingin buat rumah sakit”. Ketika seorang anak yang bercita-cita menjadi pemain sepak bola “saya ingin punya pabrik sepak bola Pak!”
Kenapa saya ngebet menyebar virus wirausaha? Ya soalnya saya udah dicekoki oleh Bapak Jusuf Kalla, Bapak CT, Bapak Dahlan Iskan, Bapak Ciputra, Bapak Sandiaga S. Uno (saya banget Pak Sandi mah, sama-sama dari keluarga pendidik yah... bedanya cuman di wajah wae saya mah kurang beruntung wkwkwk eh sakieu ge sukuran keneh aya nu bogoheun, saha tah? :p )
Saya berkomitmen tidak akan mengkhianati amanah sebagai seorang abdi negara... but i miss my lapak heuheu
0 komen:
Posting Komentar
Komentar boleh bebas namun sopan..