Selasa, 31 Maret 2015

Wirausaha versus Abdi Negara Part I

Berwirausaha, sebuah kata-kata yang masih tabu di kalangan ras sunda.

Ketika di jaman SMA mindset saya adalah kuliah di PTN menjadi pekerja. Saya juga sangat tertarik menjadi PNS. Hingga suatu ketika saya keluar dari SMA dan orang tua saya terkena musibah ekonomi yang memaksa saya mengurungkan niat untuk kuliah. Akhirnya saya mencicipi pendaftaran CPNS formasi administrasi berjubel-jubel membuat persyaratan kartu pencari kerja, SKCK dan lain-lainnya hanya demi satu buah formasi.

Lelahnya mendaftar CPNS terbayar dengan tes yang soalnya begitu banyak dan sulit dipahami. Dari pagi hingga sore saya mengerjakan soal tersebut (disertai dengan ritual-ritual aneh seperti sholat dilama-lamain agar lulus maksudnyaaa, kenapa aneh? Karena saya malu sama Alloh yang hanya bisa meminta ketika butuj tanpa disertai ikhtiar yang jelas pula seperti menghapal soal-soal CPNS)

Ya, itulah...  setelah itu saya pulang dan teman-teman saya bilang kalau kartu peserta jangan hilang karena kalau 10kali ikut belum lulus juga bisa jadi lulus sama ngumpulin kartunya... mirip promosi air galon isi ulang yak. Saya sangat berharap lulus dan ternyata saya tidak lulus muakakakaka. Saya mengalami proses mendaftar CPNS yang bertubi-tubi

Semenjak kejadian tersebut saya sangat antipati terhadap CPNS. Namun nasib berkata lain karena saya ternyata harus kuliah di perguruan tinggi jurusan PGSD/MI.

Seluk beluk menjadi CPNS begitu rumitnya namun orang tua saya sangat menginginkan saya untuk menjadi CPNS.
Mereka tetap memberi mimpi manis berupa "kalo ngehonor di SD nanti lama-lama diangkat otomatis" saya ingat betul tahun 2007 saya mulai menjadi honorer di sebuah sekokah dasar di Garut yang berada di kaki gunung karacak.

Ijazah PGSD/MI yang saya miliki ternyata invalid untuk mengikuti tes menjadi Guru di SD Negeri. Regulasi yang mengharuskan Guru SD Negeri memiliki ijazah PGSD dari PTK yang diakui membuat saya kelimpungan.

Saya pun mengikuti kembali kuliah selama 5 tahun di Universitas Terbuka. (7 taun kuliahh  broooow). Saya pun mulai mengalihkan pandangan ke wirausaha. Keluarga saya bukan wirausahawan, tapi PNS, pegawai BUMN pokoknya macam-macam pegawai lah. Memulai usaha pada usia 27 tahun saya merasa dikejar waktu. DEADLINE ingin nikah dan deadline ingin membahagiakan orang tua, deadline ingin kaya raya juga.

BERWIRAUSAHA

Tahun 2012 ketika banyak manusia menganggap tahun kiamat, saya justru memulai wirausaha. Bagi pemula sungguh membingungkan memulai usaha baru, dengan uang 10juta saya harus menyewa rumah untuk usaha dan salah memprediksi pasar (tempatnya di sebuah kota kecamatan di Garut) saya pergi ke Cibadak Bandung untuk mencari suplai ATK dan kebingungan harus membeli apa. Akhirnya saya malah membeli gantungan kunci yang sampai saat ini belum terjual semua.
Ketika toko dibuka, pembeli amat minim ditambah siang saya harus mengajar di tempat tinggal (15km dari toko). Lelah sangat terasa, terkadang saya harus pulang di malam hari dan hujan kerap menerjang, hingga saya terkena penyakit bronkhitis. Saya sempat menyerah karena dalam satu bulan omzet saya hanya 550.000. Yang saya lakukan? Hanya tersungkur sujud dan meminta petunjuk-Nya. Saya terus berusaha hingga saya menemukan grosir di kota Garut yang harganya bahkan lebih murah dari Cibadak (dari sini saya mendapat ilmu bahwa tidak setiap grosir harganya murah lho)

Hari demi hari kulewati (wkwkwk) tiba disaat toko sepi pembeli saya bertanya, apakah wirausaha itu seperti ini? Apakah saya gagal? Apa yang harus saya lakukan ketika saya tidak lagi memiliki ongkos untuk makan dan bensin menuju ke toko? Yang sangat saya sedihkan adalah setiap pukul 5.30 saya berangkat dan pukul 11.30 saya pulang untuk mengajar, kemudian toko dijaga orang tua saya yang terbilang sudah berumur. Meskipun ayah saya mendambakan anaknya menjadi PNS namun ia pun menyadari bahwa anaknya ingin berusaha. Namun ketika di rumah saya sudah tidak tahan melihat perjuangan kedua orang tua saya yang harus bolak-balik menjaga toko yang terbilang kurang berhasil.

Saya hanya berteriak dihati dan meminta kepada Alloh mengenai langkah apa yang harus saya tempuh selanjutnya...

Dari sini saya mulai kembali bermimpi (bagaimana rasanya menjadi PNS?)

Lama juga ga buka dan nulis blog yah

(Dari hape android, Dramaga, Bogor)

0 komen:

Posting Komentar

Komentar boleh bebas namun sopan..