Hehehe, gaya yak judulnya..Napa sih merdeka dihubung-hubungkan dengan tulang ikan??? wadoh penghinaan terhadap negara ini mah
Wkwkw, sebenarnya pas buka puasa saya terkena musibah, ya itu dia.. tulang ikan bandeng nyangkut di pangkal kerongkongan.. teptnya bagian belakang lidah (bukan bawah lidah lho). Udah bergalon-galon air, bergumpal-gumpal nasi saya telan.. belum juga hilang.. ternyata saya coba pegang pakai jari itu duri nemplok di tempat yang memang gag terjangkau makanan >.< ada-ada saja. Ibu saya hanya bisa melongo melihat saya muntah-muntah karena mencoba mengeluarkan tulang ikan pakai jari, heuheu sampai jam 12 malam saya gelisah karena rasanya memang sakit.
Sebenernya tulang ikan nyangkut pakai nasi juga suka hilang, tapi berhubung posisinya sulit terbilang sulit dijangkau, duri ini nggak mau hilang, coba googling malah keluar saran harus pake kail dicelupkan di air, bayi sungsang dsb yang kurang masuk akal.. mau ke dokter pun sudah terlampau malam.
Hueheuheu dengan depresi saya melihat ada cingcau hitam di kulkas, bayangkan pukul 12 malam saya minum cingcau hitam hampir satu panci. Tiba-tiba ditengah menelan cingcau... plessssssssssssssssssssss durinya hilang, hwaaaaaaaaaaaaaa dunia bersinar terang selebay-lebaynya.. tinggal rasa geli saja yang tersisa.. Rasanya nikmat sekali mempunyai kerongkongan, sebuah penghargaan setelah mengalami penderitaan.. :)
Tapi ada yang nyambung lho dengan peristiwa 17 Agustus, kita ini sebetulnya sudah merdeka apa belum sih? Bagi saya kemerdekaan itu adalah mengatur kekayaan alam dengan tangan sendiri, berapa banyak orang yang sudah dapat mengolah kekayaan alam dari hulu sampai hilir?
Semangat membangun negara hanya terjadi ketika awal kemerdekaan, orang-orang berlomba memberikan kontribusi kepada negara, lama kelamaan terlena dengan kekayaan alam tanpa mau mengolahnya, menebang pohon itu untungnya besar lho kalau kita jual kayunya, apalagi kalau kayunya dari hutan alami, wuih ga perlu nanem dapet duitnya, tau-tau banjir deh atau kekeringan merajalela hehehe.
Di awal kemerdekaan juga kebanggaan menjadi warga indonesia memuncak, cita-cita bermunculan..
Ada yang salah..
Cita-cita menjadi: dokter, polisi, tentara, guru, diplomat, pegawai bank, pegawai BUMN
Mana cita-cita: mempunyai pabrik tekstil? mempunyai pabrik handphone? mempunyai pabrik permen? mempunyai pabrik tahu?
Jawabannya gampang: karena nggak ada modal? heuuuu
Emang kalau ingin jadi dokter ga pake modal? berapa ratus juta kita membiayai kuliah+kost+makan+jajan dan biaya tidak terduga lainnya?
Mengapa kita belum memerdekakan diri dari cita-cita? mengapa cita-cita kita terbatas? mengapa Chairul Tanjung yang mahasiswa dokter gigi yang kesulitan keuangan lalu memulai dengan modal bisnis fotokopi kini menjadi taipan ekonomi yang memiliki Trans TV, Trans7, Bandung Super Mall, Trans Kalla, Bank Mega? berapa modal Chairul Tanjung untuk membuat televisi TransTV? 100 milyard? minta kemana? ke ayahnya?
Modal adalah urusan nanti, yang penting kita merdeka dulu. Sandiaga Uno adalah orang yang merdeka, tidak membelenggu cita-citanya yang mana keluarganya notabene kelompok pendidik. "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" tidak berlaku bagi milyarder muda asal Gorontalo ini, kini dia menahkodai Adaro, perusahaan pertambangan batubara besar, membangung Saratoga Recapital, badan usaha penanaman modal dan berencana membuat bank khusus untuk UMKM. Ketika kekayaan berpadu dengan semangat membangun bangsa, dialah yang patut kita contoh.
Mengapa ketika kita mendapat pekerjaan kita langsung berhenti bercita-cita? oh kita tidak berhenti, cita-cita tetap ada yaitu: punya mobil, punya villa, punya perhiasan.
Mengapa kita tidak bercita-cita seperti Ananda Siregar yang dapat membuat ketir jaringan bioskop terbesar. Blitzmegaplex yang kini ekspansif dinahkodai oleh seorang mantan PNS ini.
Kapan kita merdeka? merdeka dari rasa sikap puas? Bukan keserakahan yang saya maksud, tapi dengan kekuatan ekonomi kita mampu berbicara tanpa harus panas-panas berdemo di jalan raya.
Dengan ekonomi, kita mampu mengentaskan kemiskinan tanpa harus mencaci pemerintah, tanpa harus minta bantuan lembaga Asing
Saya tercengang dengan pidatonya Pandji Pragiwaksono, ngena banget baik terhadap diri sendiri maupun orang yang sering saya lihat atau kenal karena saya seorang facebooker yang senantiasa membaca profil yang nge-add atau yang mau saya add yaitu:
Politik: Kebanyakan menjawab, "gw benci politik" "politik itu kotor" dan sebagainya yang penting menunjukkan bahwa apatis dalam politik itu berarti mensucikan diri.
Komentar link berita bencana: Kebanyakan berkomentar "Wooo, pemerintah bisa apa nih?" "Dasar pemerintah tidak becus!" dan sebagainya yang penting menunjukkan bahwa pemerintahlah yang salah, dan dirinya benar.
Coba kita simak, teks pidato Pandji Pragiwaksono dalam Upacara Bendera Online di Indonesiaoptimis.org
Sebenernya tulang ikan nyangkut pakai nasi juga suka hilang, tapi berhubung posisinya sulit terbilang sulit dijangkau, duri ini nggak mau hilang, coba googling malah keluar saran harus pake kail dicelupkan di air, bayi sungsang dsb yang kurang masuk akal.. mau ke dokter pun sudah terlampau malam.
Hueheuheu dengan depresi saya melihat ada cingcau hitam di kulkas, bayangkan pukul 12 malam saya minum cingcau hitam hampir satu panci. Tiba-tiba ditengah menelan cingcau... plessssssssssssssssssssss durinya hilang, hwaaaaaaaaaaaaaa dunia bersinar terang selebay-lebaynya.. tinggal rasa geli saja yang tersisa.. Rasanya nikmat sekali mempunyai kerongkongan, sebuah penghargaan setelah mengalami penderitaan.. :)
Tapi ada yang nyambung lho dengan peristiwa 17 Agustus, kita ini sebetulnya sudah merdeka apa belum sih? Bagi saya kemerdekaan itu adalah mengatur kekayaan alam dengan tangan sendiri, berapa banyak orang yang sudah dapat mengolah kekayaan alam dari hulu sampai hilir?
Semangat membangun negara hanya terjadi ketika awal kemerdekaan, orang-orang berlomba memberikan kontribusi kepada negara, lama kelamaan terlena dengan kekayaan alam tanpa mau mengolahnya, menebang pohon itu untungnya besar lho kalau kita jual kayunya, apalagi kalau kayunya dari hutan alami, wuih ga perlu nanem dapet duitnya, tau-tau banjir deh atau kekeringan merajalela hehehe.
Di awal kemerdekaan juga kebanggaan menjadi warga indonesia memuncak, cita-cita bermunculan..
Ada yang salah..
Cita-cita menjadi: dokter, polisi, tentara, guru, diplomat, pegawai bank, pegawai BUMN
Mana cita-cita: mempunyai pabrik tekstil? mempunyai pabrik handphone? mempunyai pabrik permen? mempunyai pabrik tahu?
Jawabannya gampang: karena nggak ada modal? heuuuu
Emang kalau ingin jadi dokter ga pake modal? berapa ratus juta kita membiayai kuliah+kost+makan+jajan dan biaya tidak terduga lainnya?
Mengapa kita belum memerdekakan diri dari cita-cita? mengapa cita-cita kita terbatas? mengapa Chairul Tanjung yang mahasiswa dokter gigi yang kesulitan keuangan lalu memulai dengan modal bisnis fotokopi kini menjadi taipan ekonomi yang memiliki Trans TV, Trans7, Bandung Super Mall, Trans Kalla, Bank Mega? berapa modal Chairul Tanjung untuk membuat televisi TransTV? 100 milyard? minta kemana? ke ayahnya?
Modal adalah urusan nanti, yang penting kita merdeka dulu. Sandiaga Uno adalah orang yang merdeka, tidak membelenggu cita-citanya yang mana keluarganya notabene kelompok pendidik. "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" tidak berlaku bagi milyarder muda asal Gorontalo ini, kini dia menahkodai Adaro, perusahaan pertambangan batubara besar, membangung Saratoga Recapital, badan usaha penanaman modal dan berencana membuat bank khusus untuk UMKM. Ketika kekayaan berpadu dengan semangat membangun bangsa, dialah yang patut kita contoh.
Mengapa ketika kita mendapat pekerjaan kita langsung berhenti bercita-cita? oh kita tidak berhenti, cita-cita tetap ada yaitu: punya mobil, punya villa, punya perhiasan.
Mengapa kita tidak bercita-cita seperti Ananda Siregar yang dapat membuat ketir jaringan bioskop terbesar. Blitzmegaplex yang kini ekspansif dinahkodai oleh seorang mantan PNS ini.
Kapan kita merdeka? merdeka dari rasa sikap puas? Bukan keserakahan yang saya maksud, tapi dengan kekuatan ekonomi kita mampu berbicara tanpa harus panas-panas berdemo di jalan raya.
Dengan ekonomi, kita mampu mengentaskan kemiskinan tanpa harus mencaci pemerintah, tanpa harus minta bantuan lembaga Asing
Saya tercengang dengan pidatonya Pandji Pragiwaksono, ngena banget baik terhadap diri sendiri maupun orang yang sering saya lihat atau kenal karena saya seorang facebooker yang senantiasa membaca profil yang nge-add atau yang mau saya add yaitu:
Politik: Kebanyakan menjawab, "gw benci politik" "politik itu kotor" dan sebagainya yang penting menunjukkan bahwa apatis dalam politik itu berarti mensucikan diri.
Komentar link berita bencana: Kebanyakan berkomentar "Wooo, pemerintah bisa apa nih?" "Dasar pemerintah tidak becus!" dan sebagainya yang penting menunjukkan bahwa pemerintahlah yang salah, dan dirinya benar.
Coba kita simak, teks pidato Pandji Pragiwaksono dalam Upacara Bendera Online di Indonesiaoptimis.org
Merdeka selama 65 tahun, tapi belum Merdeka.
Ini salah satu masalah kita. Yang menjadikan kita susah untuk benar benar bangkit. Kita punya mental majikan.
Perhatiin aja rumah para "middle class" Indonesia Rata rata punya pembantu.
Ngaruhnya apa?
Ngaruhnya kita terbiasa untuk nyuruh beresin rumah kalau liat rumah kita berantakan, atau kalau ingin sesuatu. Padahal yg berantakin kemungkinan kita sendiri Dan padahal bikin kopi juga bisa sendiri.
Dengan alasan "Kan gue gaji untuk bantu bantu?" mereka memilih untuk duduk tenang sambil nonton TV sambil nunjuk2 "Beresin itu dong, ambilin air es dong" Padahal, kalau hal hal seperti itu kita bisa lakukan sendiri, pembantu jadi lebih fokus tenaganya untuk melakukan hal hal lain yang mungkin "lebih males" untuk kita lakukan seperti nyuci baju dan setrika atau entahlah apa. Sama keadaannya dengan para pemuda Indonesia Dengan alasan "Pemerintah dan DPR kan digaji pake uang pajak dari gue.." akhirnya pemuda lebih seneng nyuruh nyuruh Pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, menurunkan biaya sekolah biar yang tidak mampu bisa sekolah, memberikan fasilitas kesehatan berkualitas dan gratis untuk masyarakat yang tidak mampu. Padahal, kita bisa lakukan sendiri.
Mereka juga melakukan perubahan, KITA juga.
Ada 2 jenis pemuda di dunia. Mereka yang menuntut perubahan, dan menciptakan perubahan. Dua duanya harus ada. Nah sekarang, liat lingkungan kalian. Sudahkah ada keduanya? Kalau belum, maka ada yang salah dengan lingkungan tersebut Salah, karena kalau pemuda cuma bisa menuntut doang, itu pertanda bahwa mereka punya mental majikan. Kalau saya tanya, apa masalah terbesar di Indonesia, umumnya menjawab kemiskinan dan korupsi.
Kalau memang kemiskinan adalah masalah kita, mengapa anda tidak pernah melakukan apa apa untuk menghapus kemiskinan? Apa yang pernah anda lakukan untuk menurunkan 8 poin Millenium Development Goals? Taukah anda apa itu MDG? Mungkin usaha menurunkan angka kemiskinan bisa dimulai dari situ.
Lalu taukah kenapa korupsi merajalela? Salah satunya adalah karena kita biarkan mereka terjadi dengan ketidak pedulian kita terhadap politik. Kita dengan acuh berkata bahwa kita benci politik. Karena politik itu busuk.
Apa hasilnya? Kebencian kita terhadap politik membuat kita tidak peduli, tidak mengerti dan tidak tahu. Padahal pada Pemilu kita berbondong bondong untuk nyontreng, tidak dilengkapi dengan pemahaman politik yang benar. Korupsi dilakukan oleh orang orang tidak benar yang duduk di jabatan yg memungkinkan untuk korupsi. Jangan biarkan mereka duduk disana.
Pilihlah pemimpin kita dengan benar. Berpolitiklah.
Gunakan kekuatan kita. Gunakan suara kita. Gunakan dengan baik dan benar dan bijak.
Negara kita masih muda, jangan berkelakuan seakan mengubah Indonesia sudah terlambat karena Indonesia, akan ada untuk selamanya. Merdeka.
Lihat kan?
Kini siapa yang salah bahwa kita masih dikungkung? kalau kita merdeka, kita tidak lagi perlu turun ke jalan untuk demonstrasi karena kita sudah punya kekuatan untuk berbicara dengan cara kita.
Jangan kungkung cita-cita kita di satu bidang, kuasai negeri ini dalam segala bidang, berkompetisilah secara sehat. Seorang penulis tidak harus hanya menggantungkan hidupnya dari hasil penjualan tulisannya. Seorang wartawan tidak akan dikatakan tidak profesional jika dia membuka pabrik kertas untuk koran, masih berhubungan kan? Seorang instalator listrik bukan tidak mungkin membangun pabrik kabelnya sendiri.
Banyak waktu untuk kita menguasai apapun, karena manusia itu memiliki keinginan yang tidak terbatas dan itu harus dibarengi dengan peningkatan kemampuan kita yang tidak memiliki batasan. Kita harus pintar memilah kebutuhan mana yang penting dan kebutuhan mana yang tidak penting, berinvestasilah untuk masa depan.
Ehehehe serius amat ;)
Yuk memerdekakan diri, ini perjuangan seumur hidup lho, tidak pernah ada kata terlambat bagi manusia untuk mencoba, 3,5 abad kita dijajah dan terus menerus berjuang, mengapa sekarang kita tidak bisa berjuang untuk menjadi seorang yang melakukan perubahan? ^_^
indonesiaoptimis.org |
0 komen:
Posting Komentar
Komentar boleh bebas namun sopan..